Luas areal tanaman lada di Indonesia hampir 90% dimiliki oleh perkebunan rakyat estimasi
tahun 2000 seluas 130.178 ha dari total areal 130.557 ha, dengan total potensi produksi lada
Indonesia sekitar 65.227 ton. Daerah penghasil lada terbesar di Propinsi Lampung, Kepulauan
Bangka Belitung, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Hasil pengolahan lada ada 3 jenis
yaitu lada hitam, putih dan hijau, dari 3 jenis olahan yang dikenal hanya lada hitam dan putih.
Untuk hasil olahan lada dari Propinsi Lampung dikenal dengan sebutan Lampung black
pepper dan hasil olahan lada dari Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung dikenal dengan sebutan
Muntok white pepper. Sebutan tersebut dikenal karena Indonesia merupakan salah satu
produsen terbesar di dunia.
Kondisi perkebunan lada Indonesia saat ini sekitar 11,50% dari seluruh luas komoditi
perkebunan dengan kemampuan modal yang lemah. Dampak dari kondisi tersebut diatas
mengakibatkan perkembangan teknologi ditingkat petani untuk perbaikan mutu,
budidaya/pengembangan tanaman sangat lambat dan tidak mengalami perubahan.
PANEN
Pada umur 3 tahun, tanaman sudah dapat dipanen dan pertumbuhannya mencapai ujung tiang
penegak dengan ketinggian 3,5 cm. Selanjutnya hasilnya mulai bertambah sampai tanaman
berumur 8 tahun, kemudian mulai menurun. Kalau tanaman dipelihara baik, tanaman masih
dapat berproduksi sampai 15 tahun atau lebih.
Sejak bunga keluar sampai buah masak, memakan waktu 7-9 bulan. Buah lada yang masih
muda berwarna hijau muda, kemudian berubah menjadi hijau tua dan apabila sudah masak
menjadi kuning kemerah-merahan. Pada tahap pembungaan dan pembuahan ini perlu diamati
kemungkinan adanya serangan kepik penghisap bunga (Diplogompus hewetii) dan kepik
penghisap buah Dasynus piperis. Kedua jenis hama ini sama-sama menimbulkan kehilangan
langsung pada produksi lada (buah keriput, rontok, dsb).
Pemberantasan kedua jenis hama ini dapat dilaksanakan dengan penyemprotan insektisida
yang telah disetujui oleh Komisi Pestisida dengan frekuensi 2 - 5 kali per tahun tergantung
pada berat ringannya serangan. Berdasarkan tujuannya, ada dua macam pemanenan buah
lada:
1. Pemanenan hasil untuk lada hitam.
1.1. Kriteria petik :
• Buah sudah tua
Diketahui dengan memecahkan atau memencet/ memijit buah lada,
bila keluar cairan putih maka buah lada tersebut belum bisa dipetik.
• Biasanya dalam satu dompolan, terdiri atas buah lada merah (2%), kuning (23%)
dan hijau (75%).
1.2. Waktu Petik
• Sesuai dengan musim panen daerah masing-masing.
• Biasanya berkisar Mei s/d September.
1.3. Cara petik.
• Alat yang digunakan untuk panen atau pemetikan pohon lada tinggi umumnya
menggunakan tangga.
• Lada dipetik dengan tangan
• Hasilnya ditampung dalam suatu wadah atau karung goni
• Panen atau pemetikan dilakukan 5 - 10 kali petik
2. Pemanenan hasil untuk lada putih
2.1. Kriteria petik
• Buah sudah masak
• Biasanya dalam satu dompolan terdiri atas buah lada merah (18%), kuning (22%)
dan hijau (60%)
2.2. Waktu dan cara pemetikan sama seperti lada hitam
PENGOLAHAN HASIL LADA
1. Lada Hitam
Tahap-tahap pengolahan lada hitam adalah sebagai berikut :
1.1. Perontokan
• Untuk mempercepat perontokan atau pelepasan gagang buah lada atau
dompolan, maka buah lada yang baru dipetik ditumpuk pada lantai beralas tikar
dengan ketebalan tumpukan antara 30 cm sampai + 1 meter selama 2 - 3 hari.
Tumpukan tersebut biasanya ditutup dengan karung.
• Setelah itu lada dipisahkan dari dompolan atau gagang dengan menggunakan
saringan yang terbuat dari anyaman bambu dan ditempatkan agak tinggi serta
dibawahnya ditaruh suatu wadah atau tampah sebagai penampung buah lada.
• Tangkai atau gagang dari buah yang tertinggal pada saringan bambu dipisahkan
dan ditampung pada wadah khusus.
1.2. Pengeringan.
• Buah lada yang sudah terpisah dari gagangnya, kemudian dijemur dibawah sinar
matahari selama 3 - 7 hari tergantung dari keadaan cuaca.
• Pengeringan buah lada dilakukan dengan mempergunakan tikar, tampah atau
plastik. Untuk meningkatkan efisiensi pengeringan dan mencegah pengotoran
lada, pengeringan dapat diperbaiki dengan mempergunakan lantai pengeringan
yang dibuat lebih tinggi dari tanah.
• Pada waktu proses pengeringan, tumpukan lada dibolak-balik atau ditipiskan
dengan ketebalan tumpukan 10 cm menggunakan garuk dari kayu agar
pengeringan lebih cepat dan merata.
• Penentuan akhir dari pengeringan lada dapat dilakukan secara organoleptik yaitu
dengan diraba atau dipijat dengan jari tangan dimana lada dianggap kering bila
dipijat memberikan suara menggeretak dan pecah. Di samping itu dapat juga
dilakukan dengan alat pengukur kadar air, sesuai dengan kadar air yang
diinginkan.
1.3. Pembersihan dan Sortasi
Lada kering kemudian ditampi dengan tampah, yaitu untuk membuang bahan-bahan
yang ringan serta benda asing lainnya seperti tanah, pasir, daun kering, gagang,
serat-serat dan juga sebagian lada enteng.
1.4. Pengemasan dan Penyimpanan
• Lada kering yang telah bersih kemudian dimasukkan dalam karung atau wadah
penyimpanan lain yang kuat dan bersih.
• Karung atau wadah tersebut kemudian disimpan diruangan penyimpanan yang
kering dan tidak lembab (± 70 %), dengan diberi alas dari bambu atau kayu
setinggi ± 15 cm dari permukaan lantai sehingga bagian bawah karung tidak
berhubungan langsung dengan lantai.
Untuk pengolahan hasil lada hitam, dari 100 kg lada basah yang masih bergagang
diperoleh lada basah tanpa gagang antara 70 - 80 kg atau rata-rata 80 kg serta
selanjutnya akan diperoleh lada hitam kering sebanyak antara 25 - 33 kg atau ratarata
31 kg.
Gambar 3.a : Bagan Alir Proses Pengolahan lada Hitam
3.2. Lada Putih.
Tahap-tahap pengolahan hasil lada putih adalah sebagai berikut:
3.2.1. Perendaman.
• Buah lada masak yang baru dipetik dimasukkan dalam karung goni
direndam dalam bak yang airnya mengalir selama 7 - 10 hari atau
rata-rata 8 hari untuk melunakkan kulit buah supaya mudah terlepas
dari biji.
• Pada tahap ini perlu diperhatikan, bahwasannya air rendaman harus
bersih dan mengalir, agar dihasilkan lada yang baik (putih bersih).
Penggunaan air rendaman yang kotor dan tidak mengalir akan
menghasilkan lada putih yang kurang baik (kotor, warna abu-abu
atau kecoklatan).
3.2.2. Pembersihan atau Pencucian
• Lada hasil rendaman, dikeluarkan dari karung dan dimasukkan dalam
tampah atau ember, lalu kulitnya dipisahkan dari biji dengan
menggunakan tangan.
• Kemudian lada tersebut dimasukkan dalam karung atau bakul pada
air mengalir sambil digoyang-goyang supaya kulit hanyut atau
terbuang ke luar.
• Setelah biji bersih dari kulit dan tangkai buah, kemudian lada
ditiriskan sampai airnya tidak menetes lagi.
3.2.3. Pengeringan.
• Buah lada bersih kemudian dijemur dibawah sinar matahari selama 3
- 7 hari, sampai cukup kering.
• Pengeringan buah lada dilakukan dengan mempergunakan tikar atau
tampah/plastik atau mempergunakan lantai penjemuran yang dibuat
lebih tinggi agar lebih efektif.
• Pada waktu proses pengeringan, tumpukan lada dibolak-balik atau
ditipiskan dengan mempergunakan garuk dari kayu agar pengeringan
lebih cepat dan merata.
• Lada dianggap kering, bila dipijit memberikan suara menggeretak dan
pecah.
3.2.4. Pembersihan dan sortasi.
• Setelah lada cukup kering, kemudian lada ditampi dengan tampah,
yaitu untuk membuang bahan-bahan yang ringan serta benda asing
lainnya seperti tanah, pasir, daun kering, gagang, serat-serat dan
juga sebagian lada enteng.
3.2.5. Pengemasan dan Penyimpanan.
• Selanjutnya lada yang telah kering dan bersih ini dimasukkan dalam
karung atau wadah penyimpanan lain yang kuat dan bersih.
Hasil kemasan kemudian disimpan diruangan simpan yang kering dan tidak
lembab (Rh ± 70%), dengan diberi alas dari bambu atau kayu setinggi ± 15
cm dari permukaan lantai sehingga bagian bawah karung tidak berhubungan
langsung dengan lantai.
Gambar 3.b : Bagan Alir Proses Pengolahan Lada Putih
• Pada pengolahan hasil lada putih, dari 100 kg lada basah yang masih
bergagang diperoleh antara 25 - 40 kg lada putih
• Rendemen pengolahan hasil dari buah lada basah menjadi lada hitam
dan lada putih tergantung pada jenis tanaman dan tua mudanya buah
disamping cara pengolahan hasil itu sendiri.
STANDARD MUTU LADA
Penetapan standarisasi mutu hasil telah disesuaikan dengan standar mutu nasional (SNI).
Dengan semakin meningkat dan berkembangnya peranan jaminan mutu atau standarisasi
mutu hasil dalam pemasaran produksi perkebunan di masyarakat internasional, maka
penerapan standarisasi mutu hasil terutama perkebunan rakyat semakin dituntut untuk
melaksanakan standar mutu ISO 9000, ISO 14000, HACCP dan SPS, sehingga mampu
bersaing di pasar negara maju.
Untuk mengantisipasi hal tersebut maka diupayakan penekanan pencapaian standarisasi mutu
hasil lada sejak penyediaan bahan baku/ bahan olah sampai pada pengepakan dan pemasaran
hasil, termasuk pengoptimalan kadar air, kebersihan, keutuhan dan kemurnian. Sehingga
standarisasi mutu yang ditetapkan eksportir dapat dipenuhi produsen (petani/ pengolah) dan
dapat dipasarkan baik perorangan maupun kelompok/ kemitraan.
Untuk mencapai tingkat standarisasi mutu hasil yang baik harus didukung dengan pembinaan
sumberdaya yang diarahkan kepada pembinaan petani dan kelompok tani yang penekanannya
mulai penanganan pasca panen, pengolahan, sortasi/ grading, pengepakan sampai pemasaran
hasil yang diarahkan kepada pola kemitraan dengan perusahaan mitra atau pihak lainnya.
Berdasarkan mutu standard lada yang dikeluarkan BSN terdapat 2 (dua) standard mutu, yaitu:
a. Standar Mutu Lada Putih (SNI 01-0004-1995)
Syarat Umum
• Dari segi kebersihan dan secara visual, biji lada bebas dari serangga hidup
maupun mati serta bebas dari bagian-bagian yang berasal dari binatang
• Warna putih kekuning-kuningan sampai putih keabu-abuan/ putih kecoklatcoklatan
Spesifikasi Persyaratan Mutu Lada Putih
Persyaratan
No Jenis uji Satuan
Mutu I Mutu II
1 Cemaran binatang
-
Bebas dari serangga
hidup maupun mati
serta bagian-bagian
yang berasal dari
binatang
Bebas dari
serangga hidup
maupun mati serta
bagian-bagian
yang berasal dari
binatang
2 Warna
-
Putih kekuningkuningan
Putih kekuningkuningan,
putih
keabu-abuan atau
putih kecoklatcoklatan
3 Kadar benda asing, (b/b) % Maks. 1,0 Maks. 1,0
4 Kadar biji enteng, (b/b) % Maks. 2.0 Maks. 3,0
5 Kadar cemaran kapang, (b/b) % Maks. 1,0 Maks.1,0
6 Kadar lada berwarna kehitamhitaman.
(b/b)
% Maks. 1.0 Maks. 2.0
7 Kadar air, (b/b) % Maks. 13.0 Maks.14,0
8 Kadar piperin, (b/b)
%
Dicantumkan sesuai
dengan hasil analisa
Dicantumkan
sesuai dengan
hasil analisa
9 Kadar minyak atsiri, (v/b)
%
Dicantumkan sesuai
dengan hasil analisa
Dicantumkan
sesuai dengan
hasil analisa
b. Standar Mutu Lada Hitam (SNI 01-0005-1995)
Syarat Umum
• Dari segi kebersihan dan secara visual, biji lada bebas dari serangga hidup
maupun mati serta bebas dari bagian-bagian yang berasal dari binatang
Spesifikasi Persyaratan Mutu Lada Hitam
Persyaratan
No Jenis uji Satuan
Mutu I Mutu II
1 Cemaran binatang - Bebas dari serangga
hidup maupun mati
serta bagian-bagian
yang berasal dari
binatang
Bebas dari serangga hidup maupun
mati serta bagian-bagian yang
berasal dari binatang
2 Kadar benda asing, (b/b) % Maks. 1,0 Maks. 1,0
3 Kadar biji enteng, (b/b) % Maks. 2.0 Maks. 3,0
4 Kadar cemaran kapang, (b/b) % Maks. 1,0 Maks.1,0
5 Kadar air, (b/b) % Maks. 12.0 Maks.13,5
6 Kadar piperin, (b/b) % Dicantumkan sesuai
dengan hasil analisa
Dicantumkan sesuai dengan hasil
analisa
7 Kadar minyak atsiri, (v/b) % Dicantumkan sesuai
dengan hasil analisa
Dicantumkan sesuai dengan hasil
analisa
V. DIVERSIFIKASI HASIL LADA
Lada enteng yang diperoleh dari sisa hasil sortasi, dapat dimanfaatkan menjadi produk
lain berupa minyak lada dan oleoresin. Ekstraksi minyak lada dapat dilakukan dengan
cara penyulingan. Penyulingan adalah proses pemisahan komponen berupa cairan atau
padatan dari dua campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya. Proses ini
dapat dilakukan terhadap minyak lada karena sifatnya yang tidak larut dalam air.
Sedangkan ekstraksi oleoresin dilakukan dengan cara “Solvent extraction”. Untuk
mempermudah proses ekstraksi, sebelumnya dilakukan perlakuan terhadap bahan.
Perlakuan pendahuluan yang biasa dikerjakan untuk mempermudah ekstraksi minyak
atsiri yaitu pengeringan dan pengecilan ukuran bahan. Lada hitam yang berkadar air
sekitar 14 % sudah cukup kering untuk proses ekstraksi.
Pengecilan ukuran bertujuan untuk mempercepat penetrasi uap atau bahan pelarut ke
dalam bahan yang akan di ekstrak, sehingga dalam waktu yang lebih singkat rendemen
minyak yang akan diperoleh lebih tinggi. Penghancuran lada enteng dapat dilakukan
dengan alat penghancur biji. Hancuran biji lada ini kemudian dilewatkan pada saringan
50 mesh untuk menyeragamkan ukuran bahan. Sebenarnya semakin kecil ukuran bahan
(makin luas permukaan bahan) semakin banyak minyak yang dapat diekstrak. Tetapi
ukuran bahan yang terlalu kecil juga menyebabkan banyak minyak yang menguap
selama penghancuran.
5.1. Lada Hijau
Lada hijau adalah produk olahan dari lada, dimana warna hijaunya dipertahankan.
Lada hijau memiliki flavor yang khas, warna dan kenampakannya alami sehingga
dapat digunakan sebagai bahan hiasan (garnish) pada makanan dan dapat dipakai
langsung pada makanan yang dihidangkan.
Berdasarkan cara pengolahannya dikenal beberapa bentuk lada hijau:
• Lada hijau dalam bentuk kering
• Lada hijau dalam larutan garam
• Lada hijau dalam bentuk beku
Lada dalam larutan garam dan dalam bentuk beku dapat dipakai langsung pada
makanan yang dihidangkan, sedang lada hijau kering dapat digunakan langsung
maupun sebagai rempah didalam pembuatan makanan. Lada hijau kering bisa
digunakan sebagai pikel lada hijau. Bahan baku pikel lada hijau adalah buah yang
dipanen belum matang dan warnanya masih hijau.
5.1.1. Pengolahan lada hijau dalam larutan garam
• Buah lada yang telah dilepas dari gagangnya dicuci sampai bersih,
dipisahkan buah lada yang rusak dan mengapung
• Buah lada direndam dalam larutan kaporit 50 – 100 ppm selama
30 menit kemudian dibilas
• Pembuatan larutan pengawet yaitu campuran garam dapur dan
asam sitrat dengan komposisi 12 % dan 0,15 – 0,20 %,
dipanaskan pada suhu 80 °C
• Buah lada yang telah bersih dimasukkan kedalam botol atau
kaleng kemudian dituangkan larutan pengawet sehingga menutupi
seluruh permukaan lada
• Penghampaan (exhausting) untuk menghindari kelebihan tekanan
didalam kemasan pada waktu sterilisasi dan menghindari
kemungkinan tumbuhnya mikroorganisme. Penghampaan dapat
dilakukan dengan cara pengaliran uap panas, atau dengan
membiarkan tutup terbuka pada awal sterilisasi
• Setelah proses penghampaan, kemasan ditutup dan dilakukan
sterilisasi, lama sterilisasi pada tekanan atmosfir adalah 15, 20,
25 menit untuk ukuran wadah kaleng 202 x 214; 301 x 214 dan
301 x 309 mm. Pada tekanan uap 10 Lb adalah dikurangi 5 menit
untuk masing-masing ukuran kaleng.
5.1.2. Pengolahan lada hijau kering
• Buah lada yang telah dilepas dari gagangnya dicuci sampai bersih
• Sortasi dimana buah yang rusak dan mengapung dipisahkan
• Blanching yaitu pencelupan dalam air panas dilakukan selama 20
menit, kemudian ditiriskan dan dihamparkan
• Sulfitasi atau pencelupan dalam potatsium metabisulfit adalah
untuk mencegah terjadinya browning
• Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari maupun
pengeringan buatan sampai kadar air bahan sekitar 7 – 10 %,
pengeringan sebaiknya dilakukan dengan pengeringan buatan,
karena dengan sinar matahari dapat menghilangkan chlorophil
dan warna hijau
• Setelah kering dilakukan sortasi, yaitu biji lada denagn warna
tidak dikehendaki, pecah, ukuran tidak memenuhi syarat, bercakbercak
dipisahkan
• Lada hijau kering dikemas dalam kantong-kantong polythene, lada
hijau kering ini akan tetap aroma dan rasanya untuk jangka waktu
yang lama bila disimpan pada suhu 20 °C – 25 °C terhindar dari
cahaya dan kelembaban tinggi.
5.1.3. Pengolahan lada hijau dalam bentuk beku
Lada segar dibekukan pada suhu 30 °C – 40 °C dan langsung dikeringkan dalam keadaan
vacuum (5 – 10 microns). Hasilnya jauh lebih baik dari pada hasil pengeringan dengan
matahari atau dengan cara pengeringan lainnya, karena warna, aroma, rasa dan teksturnya
lebih mendekati buah segar aslinya.
5.2. Ekstraksi Minyak Lada
Minyak lada terutama digunakan sebagai pemberi aroma dan rasa pada berbagai
macam industri makanan dan juga dipakai dalam industri kosmetika dan farmasi.
Bahan baku untuk peyulingan minyak lada :
• Lada gugur
• Lada enteng
• Lada menir
• Debu
• Asal
• Tangkai lada
Dari hasil penelitian penyulingan minyak lada enteng dengan berbagai cara,
diperoleh data bahwa penyulingan dengan uap langsung pada tekanan 1 atmosfir
(suhu 100°C) selama 4 jam menghasilkan rendemen minyak sekitar 2,15 %. Hasil
yang sama juga diperoleh pada penyulingan dengan air (kohobasi), akan tetapi
waktu penyulingan yang dibutuhkan lebih lama yaitu 15 jam.
Gambar 1 memperlihatkan skema alat penyulingan dengan uap langsung. Uap
panas yang dihasilkan oleh “boiler” yang merupakan unit tersendiri akan
berpenetrasi pada bahan dan mengikat minyak yang bersifat mudah menguap.
Selanjutnya uap bersama minyak yang diikatnya dilewatkan pada kondensor
untuk diembunkan. Kondensat ditampung dalam alat pemisah minyak dan air.
Untuk mencegah hilangnya minyak karena penguapan, maka minyak dalam alat
ini dipertahankan pada suhu rendah (20 - 25ºC). Pemisahan minyak dengan air
didasarkan pada perbedaan berat jenisnya. Oleh karena berat jenis minyak lada
lebih rendah dari air, maka minyak lada akan mengapung diatas permukaan air
(Gambar 2).
Aliran uap ke
kondensor
Bahan Ayakan
Gambar 5.b. : Skema Alat Penyulingan dengan uap
Minyak Lada
Gambar 5.c. : Skema Alat Pemisah minyak Lada
(‘Florentine flask”)
Gambar 5.d. Bagan Alir Proses Pengolahan Balsam Lada
Sesuai sifat minyak lada dan minyak atsiri lainnya yaitu mudah menguap pada
suhu kamar, maka aspek pengkemasan harus diperhatikan. Minyak lada harus
dikemas dalam botol-botol yang bersih dan kedap udara. Pemakaian botol yang
berwarna gelap juga membantu mencegah kerusakan oksidatif, karena botol
tersebut dapat mengurangi pengaruh sinar matahri. Dengan pengkemasan yang
baik diharapkan kualitas (warna, bau) minyak dapat dipertahankan.
5.3. Ekstraksi Oleoresin
Untuk mendapatkan oleoresin, maka ampas sisa penyulingan diekstraksi dengan
menggunakan pelarut mudah menguap (‘solvent extraction’). Pelarut yang dapat
digunakan antara lain heksan, etanol, etilen chorida, dan lain-lain.
Ekstraksi oleoresin dapat juga dilakukan secara langsung dari lada enteng, tanpa
pemisahan minyak lada dengan penyulingan. Tetapi cara ini mempunyai
kelemahan, yaitu pada proses pemisahan pelarut dari campuran oleoresin dan
minyak lada, selalu sebagian minyak lada ikut terbawa pelarut.
Ada beberapa tipe alat ekstraksi dengan pelarut yang dapat digunakan untuk
memisahkan oleoresin ini, baik yang bekerja secara “batch” maupun kontinu.
Salah satu tipe ekstraktor yang bekerja secara kontinu yaitu “Carrousel extractor”.
Mula-mula bahan yang mengandung oleoresin dimasukkan pada ekstraktor,
kemudian pelarut disemprotkan pada bahan dari atas dengan arah aliran yang
berlawanan dengan arah bahan masuk. Oleoresin yang terbawa bersama pelarut
dikeluarkan melalui bagian bawah ekstraktor setelah melalui pori-pori dasar
ekstraktor. Sedangkan ampasnya dikeluarkan lewat saluran keluar.
Campuran antara oleoresin dan pelarut dipisahkan dengan cara penyulingan pada
titik uap pelarut. Jika dipergunakan heksan maka penyulingan dilakukan pada
suhu + 40ºC dan + 65ºC jika digunakan etanol 95 %
5.4. Balsam Lada
Salah satu sediaan obat yang dapat dibuat dari minyak lada adalah balsam lada dalam
bentuk krim. Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air
tidak kurang dari 60 %. Pemilihan pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat
krim yang dikehendaki, sebagai zat pengemulsi dapat digunakan emulgid, setasium, setil
alcohol, stearil alcohol, trietanolamin stearat dan golongan sorbitan, polisorbat,
polietilenglikol dan sabun. Basis krim yang baik untuk bahan aktif dari ekstrak lada
hitam, mentol dan minyak gandapura adalah vanishing Cream) karena komposisi
didalamnya mempunyai kandungan air 75 %.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1985, “Vademekum Pengolahan Hasil Perkebunan
Dalam : Direktorat Bina Usaha Petani dan Pengolahan
Hasil Perkebunan, Ditjen. Perkebunan, Jakarta
Anonim, 1984, “Pedoman Pengolahan Hasil Ikutan/ Limbah Tanaman
Perkebunan”
Dalam : Kerjasama Ditjen. Perkebunan dengan IPB,
Bogor
Anonim, 2000, “Pedoman Pengolahan Lada Putih dengan Mesin”
Dalam : Kerjasama Pemerintah Daerah Kab. Bangka
dengan Badan Litbang Kehutanan Dan Perkebunan dan
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor
Sarpian, T, 2001 “Lada, Mempercepat Berbuah, Meningkatkan Produksi,
dan Memperpanjang Umur”. Penebar Swadaya
Nurdjanah, N
dan
Risfaheri.1992
Pengolahan Lada Hijau dan Penyulingan Minyak Lada.
Prosiding Temu Usaha Pengembangan Hasil Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat. Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat
Anonim, 2001 Diversifikasi Produk Tanaman Rempah dan Obat.
Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat
Vol. XIII No.1. 2001. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Perkebunan.